China merupakan salah satu negara yang saat ini menjadi pusat kekuatan ekonomi dunia. Perlu diketahui juga bahwa China juga merupakan negara dengan pemilik badan usaha milik negara (BUMN) terbanyak di dunia. Lalu apakah ada keterkaitan antara keperkasaan China dengan keberadaan BUMN-nya?
BUMN China Didukung Pemerintah dan Perbankan
Seperti kita tahu bahwa di banyak negara, termasuk negara Barat, jumlah BUMN hanya bisa dihitung jari dan tidak mencapai 2 digit. Di Indoenesia sendiri hanya ada 142 perusahaan milik negara. Sementara itu di negeri China kita bisa mendapati bahwa BUMN sangat mendominasi perekonomian. Dengan dukungan pemerintah ditambah kekuatan modal dari perbankan, operasional bisnis BUMN China juga menjangkau hampir seluruh negara.
BUMN di Bawah SASAC yang merupakan Bagian dari PKC
Perlu juga diketahui bahwa BUMN di China ini berada di bawah pengawasan State-owned Assets Supervision and Administration Commission of the State Council (SASAC), semacam Kementerian BUMN di Indonesia. Namun berbeda degan di Indonesia di mana perusahaan negara bertanggung jawab dan diawasi oleh Menteri BUMN sebagai wakil pemegang saham di bawah Presiden RI, maka di China SASAC berada di bawah Dewan Negara yang merupakan bagian dari Partai Komunis China (PKC).
Dalam laporan yang dikutip dari laman resmi SASAC, (14/7/2021), setidaknya ada 96 BUMN yang berada di bawah pengawasannya. 96 BUMN ini inilah yang kemudian dikenal sebagai BUMN pusat. Jumlah ini sendiri sebenarnya jauh menurun dibanding tahun 2018 di mana ada 150 BUMN. Ternyata pengurangan BUMN ini dilakukan oleh PKC untuk efisiensi dan sinergi. Jadi hanya 96 BUMN saja? Tunggu dulu, sebab jika kita menilik dari jumlah seluruh anak perusahaan, cucu perusahaan, dan perusahaan afiliasinya di seluruh dunia, jumlahnya mencapai sekitar 150.000 perusahaan yang tersebar di berbagai negara.
BUMN China Mendominasi Daftar di 100 Perusahaan Terbesar Di Dunia
Tak cukup sampai di sana, perlu diketahui juga bahwa banyak bisnis BUMN di China ini yang mendominasi daftar di 100 perusahaan terbesar di dunia, baik dari sisi aset maupun pendapatan. Dari sini kemudian diketahui bahwa total pendapatan BUMN China sepanjang tahun 2017 lalu yakni mencapai 52,2 triliun yuan atau setara dengan 7,91 triliun dollar AS
Sementara itu seperti dikutip CGTN News, sejak berdirinya Republik Rakyat China (RRC) perekonomian di negara itu sangat bergantung peran BUMN. Hal ini tidak berubah sampai tahun 1978 atau ketika China mulai membuka diri dan mereformasi ekonominya dengan gaya lebih kapitalis. Sebab saat itu China menerapkan ekonomi pasar sosialis dengan karakteristik adanya pasar ke dalam sistem ekonominya.
Sejarah Perkembangan BUMN China
Dari penerapan ekonomi pasar sosialis membuat BUMN China mulai berkembang. Tidak hanya itu, dari penerapan tersebut banyak orang China yang menciptakan bisnis mereka sendiri dan mendirikan perusahaan swasta. Ketika itu juga banyak pakar yang menyarankan pemerintah China melakukan privatisasi BUMN. Tapi pemerintah China tetap mempertahankan dominasi BUMN dengan alasan pengendalikan ekonomi.
Di akhir tahun 1990-an, China mulai mengurangi jumlah BUMN, tapi dengan tetap mempertahankan kendali atas perusahaan negara yang lebih besar. Selain mengurangi jumlah BUMN, pemerintah China juga melakukan restruktrurisasi beberapa BUMN yang lebih kecil. Sementara itu untuk infrastruktur, pembangunannya tidak semua dikelola oleh swasta. Hampir semua semua jalan raya China memang dibangun oleh BUMN. Jadi saat negara membutuhkan infrastruktur untuk dibangun, BUMN bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Didukung penuh oleh pemerintah, maka sejumlah perusahaan raksasa milik negara itu memang tidak perlu mempertimbangkan keuntungan finansial dari proyek-proyek yang ada.