Siapa sangka seseorang yang berusaha menghentikan kebiasaan merokoknya berbuah manis bagi dirinya. Dengan menghadirkan usaha vape atau rokok elektrik, Kate Wang kemudian menjelma menjadi miliarder. Kini perusahaanya, RLX telah membuatnya memiliki kekayaan mencapai US$2,6 miliar. Dengan kekayaannya tersebut Kate Wang pun masuk dalam jajaran orang terkaya 2021 versi Forbes.
Pendidikan dan Pengalaman Kerja Kate Wang
Wang yang lahir dan tumbuh di kota Xi’an, China bagian tengah ini adalah lulusan tahun 2005 Universitas Xi’an Jiaotong. Dari sini Wang kemudian masuk manajemen trainee Procter&Gamble (P&G) di Guangzhou. Setelah tiga tahun, Wang pergi ke Hongkong dan mendirikan perusahaan investasi. Pada tahun 2011, Wang hijrah ke Amerika untuk melanjutkan studinya di Columbia Business School. Dari sinilah Wang mulai mendapati pola pikir yang berbeda dalam hidupnya.
“Saya kewalahan dengan peluang. Berbeda dengan Xi’an yang bergerak lambat. New York bergerak cepat dan memberi saya pola pikir yang berbeda,” kata Wang.
Dari New York, Wang kembali ke Beijing untuk bergabung dengan perusahaan konsultan Bain & Co. Namun tak lama kemudian Wang kembali pindah ke Uber China yang kemudian melebur menjadi layanan ride-hailing Didi Chuxing.
Berhenti Merokok dan Mendirikan Perusahaan Vape
Saat di Amerika terjadi ‘demam’ rokok elektrik, Wang terinspirasi untuk berhenti merokok. Kebiasaan merokok yang dilakukannya memang membuat Wang merasa malu dengan bau tembakau yang menempel di bajunya. Kebiasaan merokok ini ternyata juga dilakukan oleh ayahnya hingga kesehatannya dikhawatirkan oleh Wang.
Dari sinilah kemudian Wang beralih ke rokok elektrik. Namun dalam menggunakan produk ini, Wang tetap selektif untuk memilih yang baik untuk kesehatan. Dari penggunaan Vape inilah Wang melihat peluang pasar dan kemudian nekat membangun merek hingga perusahaan sendiri bernama RLX. Agar lebih serius, Wang memutuskan keluar dari perusahaan Didi dan mengajak lima rekannya untuk bergabung dalam bisnisnya.
Mencari Dana ke Crowdfunding
Untuk modal usahanya, Wang mencari dana ke crowdfunding di situs e-commerce JD.com. Akhirnya, Wang dan kawan-kawan berhasil mengumpulkan sekitar US$6 juta dalam pendanaan awal dari IDG Capital dan perusahaan VC Beijing Source Code Capital pada Juni 2018. Meski demikian di awal usahanya, Wang tidak mendapati laba usaha yang besar.
Dari sini Wang terus berinovasi dengan bermitra kepada Smoore yang merupakan perusahaan pembuat perangkat vaping terbesar di dunia. Wang juga mempekerjakan lulusan muda dan mempromosikan dirinya sebagai startup teknologi.
Mulai Bertumbuh
Karena penjulan vape di China waktu itu hampir seluruhnya tidak diatur, membuat keuntungan RXL tumbuh dengan cepat. Pada paruh pertama 2019 yang berarti setelah lebih dari satu tahun beroperasi, RLX sudah meraih hampir setengah dari pasar vaping domestik China. Pada bulan April 2019, RLX mendapatkan kucuran dana hingga US$75 juta dalam putaran Seri A dari Sequoia China dan investor miliarder Yuri Milner.
Dari sini perusahaan RLX pun semakin besar hingga kemudian pada bulan September membuka pabrik seluas 215 ribu kaki persegi di selatan Shenzhen dan mempekerjakan 4.000 orang.
Menemui Hambatan dan Hadirkan Solusi
Tapi pada bulan Oktober 2019, bisnis Wang menemui rintangan dimana regulator China mulai menindak industri yang baru lahir dan melarang penjualan rokok elektronik online dalam upaya mengekang vaping di bawah umur. Dari kebijakan pemerintah China tersebut membuat 20 persen bisnis RLX terhapus.
Rintangan ini tak membuat Wang putus asa. Dari sini Wang dan rekan-rekannya membuka toko utama di Shanghai. Tak hanya itu Wang juga memasang teknologi ID dan pengenalan wajah untuk mencegah anak di bawah umur berbelanja di gerainya.
Penjualan produk vape RLX di luar China sendiri dilakukan RELX International, sebuah perusahaan milik pribadi yang terpisah dengan dari induk. Dalam waktu dekat RELX akan mencoba masuk pasar Amerika Serikat.