Minuman kopi saat ini memang sedang menjadi tren. Ini terlihat dari bermunculannya beberapa kedai kopi yang bertema cafe atau juga waralaba kopi susu di beberapa tempat baik itu di jalan raya, sekitar perumahan atau juga di pusat perbelanjaan. Salah satu contoh bisnis kopi susu yang sedang berjaya adalah kopi kenangan. Dengan gerai yang sudah mencapai ratusan outlet, membuat kopi kenangan ini menjadi acuan dan inspirasi bagi pengusaha baru untuk membuka bisnis kopi susu.
Salah satu contoh lain bisnis kopi yang menawarkan konsep waralaba atau franchise adalah Cokelat Kopi Nyopee. Meski baru buka beberapa tahun, Cokelat Kopi Nyopee sudah mampu memiliki lebih dari 450 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Cibinong, Tegal, Malang, Surabaya, Kalimantan, Ambon, Manado, Jayapura, dan lokasi lainnya.
Dari dua contoh bisnis kopi di atas memang terlihat bagaimana geliatnya respon konsumen terhadap minuman ini. Dengan menawarkan harga yang cukup terjangkay dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000, membuat minuman ini pun dapat dinikmati berbagai kalangan, termasuk kalangan menengah ke bawah. Penawaran minuman ini pun semakin mampu menjaring konsumen karena banyak dari pebisnisnya yang ikut join dengan layanan pesan antar seperti GoJek atau Grab. Dari kemudahan yang ditawarkan dalam pemesanan layanan antar ini membuat kedai-kedai kopi tadi semakin mudah menjangkau konsumen.
Menakar Eksistensi Bisnis Kopi, Mampukah Terus Bertahan?
Melihat geliat bisnis kopi memang akan membuat siapa pun tertarik untuk mencoba peruntungannya. Tapi yang menjadi pertanyaannya, apakah bisnis kopi ini mampu eksis atau bertahan dalam waktu yang lama? Tentu hal ini banyak orang yang mempertanyakannya. Menilik bisnis sejenis sebelumnya seperti es kepal milo yang awalnya booming dan sekarang sudah lenyap, maka eksistensi bisnis minuman kopi pun turut dipertanyakan.
Menjawab pertanyaan ini, Ketua Kehormatan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar memberikan analisisnya. Menurut Anang, bisnis kopi atau kopi susu ini ada masanya akan memasuki fase jenuh. Lebnih lanjut Anang menyatakan akan selalu ada seleksi alam dan membuat pemain-pemain lama serta sudah berada pada level bisnis besar yang akan bertahan.
“Akan terjadi seleksi, nggak bakal banyak (yang bertahan). Memang ada beberapa binis yang mendapat suntikan modal. Yang seperti itu yang bisa bertahan,” kata Anang.
Tapi untuk bisa melihat pemain mana yang bisa bertahan di bisnis kopi ini menurut Anang dibutuhkan waktu 3-5 tahun. Lebih lanjut Anang menjelaskan bhwa nantinya hanya akan ada 15-20 persen dari keseluruhan pemain yang bisa bertahan di pasaran.
“Saya kira banyak banget kan sekarang (pemainnya). Paling pada akhirnya tinggal 15 persen atau 20 persen menurut saya. Itu sudah termasuk banyak,” ujar Anang.
Tidak hanya bisnis kopi saja yang akan mengalami fase jenuh, tapi menurut Anang, beberapa bisnis yang booming di tahun 2019 seperti ayam geprek dan minuman boba juga akan mengalami hal yang sama. Bahkan untuk bisnis minuman boba yang terkena isu kesehatan, membuat para pelaku bisnis ini perlu lebih berhati-hati. Untuk bisa tetap eksis, Anang menyarankan agar pebisnis minuman boba ini untuk berinovasi mengkreasikan minuman boba yang lebih sehat. Sementara itu untuk bisnis makanan sehat (healty food), Anang menyatakan juga akan mengalami seleksi alam. Apalagi kisaran makanan sehat yang terbilang mahal membuat seleksi ini menurut Anang akan berlangsung lebih cepat.
“Itu high end itu menurut saya nggak akan bertahan lama. Healthy food kalau terlalu di atas (harganya) nggak bertahan lama,” tutur Anang.