StartUp dan UKM

Inilah Kokowagayo, Koperasi Kopi Wanita Gayo yang Telah Mendunia

kokowagayo

kokowagayo/https://fin.co.id/

Mendengar kata kopi gayo maka kita akan langsung teringat nama Aceh. Aceh memang daerah penghasil biji kopi gayo yang terkenal hingga menjadi komoditi ekspor andalan Indonesia. Tapi mengenai pengelolaanya, tahukah kamu bahwa di sana ada sebuah koperasi yang terkenal hingga mancanegara?

Kokowagayo, Koperasi Kopi Wanita Gayo

Koperasi para petani kopi gayo di Aceh ini bernama Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) yang berada di Kabupaten Bener Meriah, Aceh. Koperasi yang satu ini memang unik dan menarik. Pasalnya selain diisi seluruhnya oleh para petani kopi wanita, koperasi ini ternyata juga telah populer di pasar internasional. Tak hanya itu Kokowagayo juga menjadi satu-satunya koperasi wanita di kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam organisasi petani kopi wanita internasional berbasis di Peru, Amerika Selatan, yaitu Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino.

Di koperasi ini menurut Ketua Kokowagayo, Rizkani Melati setidaknya ada 409 petani kopi perempuan yang mengelola lahan seluas342 hektar (ha). Lebih lanjut Rizkani menyatakan bahwa pangsa pasar Kokowagayo ini yaitu 70 persen ke AS, 20 persen ke Eropa, dan 10 persen ke Australia.

“Kami menjual green bean (kopi), pasarnya mayoritas sekitar 70 persen ke Amerika Serikat, 20 persen ke Eropa, dan sisanya 10 persen ke Australia dan Asia,” kata Rizkani.

Selanjutnya Rizkani mengatakan bahwa Kokowagayo saat ini telah memiliki aset mencapai Rp 8,5 miliar. Dalam produksinya Kokowagayo sendiri telah mampu menghasilkan 450.000 ton kopi per tahun. Dari jumlah produksi tersebut sebanyak 422.400 ton atau sekitar 20 kontainer dikirim ke luar negeri.

Masih Dominan Dikelola Secara Perorangan

Walau sudah ada koperasi, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bener Meriah, Dailami bahwa mayoritas lahan kopi di Kabupaten Bener Meriah masih dikelola secara perorangan secara organik. Dari sinilah kemudian yang membuat kopi Gayo asal Bener Meriah mampu menarik pasar dunia.

Sementara itu Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang telah melakukan kunjungan kerja menyatakan bahwa ada beberapa kendala yang dialami para petani kopi di Aceh Tengah, yakni harga dan kualitas kopi. Jumlah petani di Bener Meriah sendiri kini mencapai 64.000.

“Kokowagayo ini sudah mendunia. Menjadi kebanggaan Indonesia, bahwa ada koperasi wanita kiprahnya diakui secara internasional,” kata Teten.

Lebih lanjut Teten menjelaskan bahwa harga kopi saat ini mulai membaik menjadi 6 dollar AS atau setara Rp 86.299 per kilogram (kg) di pasar New York (kurs Rp 14.383 per dollar AS). Sebelumnya harga kopi hanya 5,9 dollar AS atau setara Rp 84.916 per kg. Harga kopi gayo sendiri cukup terbilang mahal yaitu 11 dollar AS, atau sekitar Rp 158.270 per kilogram.

Kenaikan harga kopi ini menurut Teten dikarenakan produksi dunia yang turun, seperti di Brazil yang merupakan negara pemasok kopi.

“Ini bisa berimbas pada permintaan kopi Indonesia akan tinggi. Jadi, stok lama di dalam negeri bisa diserap pasar luar negeri,” jelas Teten.

Perbaikan Tata Niaga Kopi

Menurut pengamatan Teten, peningkatan produksi kopi saat ini muncul di tengah harga komoditas pertanian yang turun saat panen raya. Dari sinilah Teten mengusulkan supaya tata niaga kopi di Aceh Tengah terus diperbaiki, seperti misalkan terkait struktur kelembagaan koperasi.

“Saya mengusulkan agar memperkuat koperasi-koperasi di sektor pangan/riil. Karena 59 persen koperasi masih banyak yang bergerak di sektor simpan pinjam,” ujar Teten.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yang Menarik di Bulan Ini

To Top
×