Sudah bukan cerita asing bila pada masa pandemi Covid-19 terdengar banyak UMKM yang terpukul. Salah satu UMKM yang merasakan dampak yang sangat parah adalah para pelaku UMKM di Bali. Bali yang terkenal dengan tempat wisata dengan kedatangan para pelancongnya seketika menjadi kota mati saat pandemi. Dari sini kemudian banyak usaha UMKM yang harus gigit jari.
Salah satu pelaku UMKM yang merasakan kerasnya dampak pandemi adalah Made Sri Rahayu yang sempat menjalani usaha bidang fesyen. Padahal Sri baru saja memulai usaha di tahun 2019. Dari dampak pandemi ini Sri mengaku harus menghentikan usahanya karena sepinya konsumen.
“Tapi mulai Maret, itu kan udah mulai masuk pandemi. Pandemi naik, usaha fesyen mulai surut. Yang jahit juga jarang. Orang beli baju hampir nggak ada. Akhirnya saya diam. Usaha fesyen saya hentikan,” ujar Sri.
Tak Mau menyerah
Meski demikian Sri tak mau menyerah dengan mengupayakan hal lain. Dengan dukungan anaknya, Sri lantas banting setir menjadi pengusaha kuliner. Menjual donat menjadi pilihan Sri yang kemudian dipasarkan lewat media sosial. Ternyata Sri mendapat respon baik dengan banyaknya pesanan yang berdatangan.
“Saya awalnya itu mulai bikin donat, kemudian saya kasih ke anak-anak, dikomenlah katanya enak. Akhirnya isenglah saya upload di facebook dan instagram dan ada yang minat. Mereka pun review bilang enak. Akhirnya dari mulut ke mulut dan dari media sosial akhirnya saya dapat orderan,” jelas Sri.
Kembangkan Usaha
Usahanya yang cukup berkembang membuat Sri kemudian merencanakan untuk membuka kafe kecil di halaman rumahnya. Namun untuk membuka cafe dirinya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Untungnya Sri mendapatkan informasi dari Koperasi Krama Bali tentang pembiayaan ultra mikro dari Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU PIP).
Dari BLU PIP ini Sri langsung merasakan manfaatnya salah satunya yakni pendampingan UMKM dari lembaga peminjam. Pendampingan ini sendiri wujudnya beragam mulai dari pemberian motivasi, kunjungan ke tempat usaha dan membuka kesempatan untuk mendapatkan pelatihan kewirausahaan.
“Itu ada pelatihan dan saya memang ikut di sana. Jadi, ada beberapa dari pembicara yang lebih ke usaha kuliner itu bergabung semuanya, saya ikut di sana. Saya sangat senang, karena saya sering mengajukan pertanyaan, bahkan narasumber juga sudah hafal dengan saya,” katanya.
Pembiayaan UMi
Dari BLU PIP ini juga Sri mendapatkan pembiayaan UMi dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Dari pembiayaan Umi tersebut Sri kemudian menjadi salah satu debitur yang mendapatkan relaksasi kredit yang diberikan oleh Koperasi Krama Bali selama 6 bulan. Tak hanya itu Sri juga mendapatkan kemudahan untuk mengangsur pinjaman dengan hanya membayarkan bunganya saja. Selain pembiayaan dari program pembiayaan Umi, Sri juga mendapatkan pendampingan berupa motivasi dan juga pemasaran.
Pembiayaan Umi sendiri sejak 2019 hingga 2021 telah diterima oleh 118 debitur dari Koperasi Krama Bali. Dari jumlah tersebut sebanyak 42 debitur di antaranya terpilih untuk mendapatkan relaksasi peminjaman di 2020. Untuk mengajukan pembiayaan dari Umi ini sangta mudah dan pencairannya pun juga terbilang cepat. Menariknya lagi pinjaman dari BLU PIP ini tidak membutuhkan jaminan sehingga memudahkan pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya.
Tahapan Lanjutan dari Program Bantuan Sosial
Program pembiayaan Umi ini merupakan tahapan lanjutan dari program sebelumnya yaitu program bantuan sosial menjadi program bantuan usaha. Program terbaru ini sendiri akan menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah yang belum tersentuh fasilitas perbankan lewat program kredit usaha rakyat (KUR).