Virus corona yang semakin mewabah, membuat banyak negara kemudian dengan terpaksa harus mengeluarkan kebijakan lockdown. Beberapa negara yang telah mengeluarkan kebijakan lockdown ini antara lain Italia, Spanyol, Denmark, Malaysia, Singapura, Belanda, Belgia, Irlandia dan Filipina. Indonesia sendiri yang negaranya sudah terjangkit covid-19 dengan kasus mencapai ratusan, masih belum mengeluarkan kebijakan lockdown. Di tengah kegelisahan masyarakat akan virus yang menular ini, memunculkan desakan dari beberapa kalangan untuk menuntut pemerintah melakukan lockdown. Tapi apakah kebijakan lockdown ini memang pilihan terbaik? Tahukah Anda bahwa kebijakan lockdown sebuah negara ini juga memiliki dampak yang besar? Nah berikut ini adalah beberapa dampak yang perlu diketahui bersama bila Indonesia melakukan lockdown.
Dampaknya Lebih Besar Bila Indonesia Menerapkannya
Menurut Piter Abdullah selaku Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, mengatakan bahwa jika Indonesia melakukan lockdown akan membuat dampak yang sangat besar dibanding negara-negara lain. Hal ini dikarenakan di Indonesia tenaga kerja di sektor informal jumlahnya jauh lebih besar dibanding negara lain.
“Lockdown itu untuk Indonesia dampak negatifnya jauh lebih besar dari negara lain karena banyak yang di sektor informal. Pedagang bakso nggak bisa jualan bakso. Berapa ribu masyarakat kita yang jualan bakso, yang jualan ketoprak, yang jualan pecel, yang jualan siomay, yang buka warung. Mereka akan kehilangan income. Berapa lama mereka bisa bertahan,” ujar Piter.
Pendapat lain disampaikan oleh David Sumual selaku Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Di sini David menyatakan bila lockdown ini diterapkan maka yang akan sangat merasakan dampaknya adalah Jakarta. Sebab pergerakan uang sebesar 75% dalam perekonomian nasional ini terjadi di Jakarta. Selain itu tentu dampak lockdown ini akan berpengaruh langsung pada perekonomian nasional.
“Dampak ekonominya agak sukar dihitung karena kita belum tahu berapa lama (jika lockdown) akan terjadi. Lockdown-nya misalnya seminggu, dua minggu, sebulan, beda hasilnya. Kalau dilakukan di Jakarta akan cukup signifikan pengaruhnya karena porsi Jakarta terhadap ekonomi nasional besar. 75% peredaran uang kan adanya di Jakarta, Jabodetabek,” jelas David.
Tapi bagi David karena hampir semua negara di dunia telah mengalami penurunan ekonomi akibat wabah covid-19, maka pengaruh pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia bila menerapkan lockdown dianggapnya tidak terlalu menjadi masalah.
Hal yang Harus Disiapkan Pemerintah Jika Harus Melakukan Lockdown
Menurut Piter bila pemerintah benar-benar melakukan lockdown maka pemerintah harus menyiapkan dana untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada masyarakat yang bekerja disektor informal yang tergolong menengah ke bawah.
“Pemerintah harus menyiapkan itu. Kalau nggak, mereka akan kesusahan,” ujar Piter.
Sementara itu menurut David, pemerintah harus menyiapkan pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jika memutuskan untuk menerapkan lockdown.
“Dari sisi logistik pangan terutama, harus ada persiapan kalau mau dilakukan (lockdown),” kata David.
Tidak hanya pasokan pangan, tapi menurut David pemerintah juga perlu menyiapkan alat-alat kesehatan yang memadai di rumah sakit. Ini karena bila lockdown diterapkan maka lalu lintas barang bisa terganggu.
“Harus ada stimulus fiskal dari pemerintah terutama untuk penyediaan alat-alat kesehatan dalam rangka persiapan. Misalnya lockdown kalau alat kesehatannya nggak ada repot juga. Jadi memastikan dulu rumah sakitnya siap, dari jumlah rumah sakitnya, jumlah kamarnya, terus alat-alat kesehatannya,” ujar David.
Perlukah Indonesia Menerapka Lockdown?
Dari sini maka apakah memang Indonesia perlu menerapkan lockdown seperti negara-negara lain? Di sini David Sumual menyatakan bahwa saat ini Indonesia, terutama Jakarta secara tidak langsung telah menerapkan lockdown dalam tingkat yang lebih rendah (semi-lockdown). Ini karena adanya anjuran presiden untuk belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Selain itu dengan agenda social distancing juga sangat digencarkan, membuat masyarakat semakin merasakan efek semi-lockdown tersebut.
“Sebenarnya sekarang sudah lockdown di jalanan kan sudah menyepi, lalu lintas setengahnya lah dari biasanya. PNS, sekolah juga sudah diliburkan, tempat wisata ditutup jadi sudah semi lockdown. Jadi menurut saya semi lockdown sudah cukup bagus menghindari penyebaran (virus corona) sehingga infrastruktur rumah sakit kita sanggup menangani,” ucap David.
Sementara itu menurut Piter Abdullah menyatakan bahwa kebijakan lockdown bukanlah sesuatu yang mudah mengingat pemerintah yang sepertinya belum siap untuk itu. Lebih lanjut Piter menyatakan kebijakan lockdown ini memang harus dipertimbangkan secara sangat matang dan detail.
“Lockdown itu harus dengan pertimbangan yang sangat matang. Benar-benar detail bukan asal kebijakan,” ujar Piter.