Lainnya

Mengenal Angkringan dan Kisah Awalnya Sebagai Warung Sederhana dengan Menu Nasi Kucing

kisah-awal-angkringan

kisah awal angkringan/https://www.pegipegi.com/

Saat ini bisnis warung makan angkringan memang sedang populer dan menjamur. Namun tahukah kamu awal mula bisnis angkringan ini? tentu sangat menarik untuk menelusuri bisnis angkringan ini sejak awal. Pasalnya, bisnis warung dengan konsep warung bergerobak dan tenda sederhana tersebut kini semakin digemari oleh masyarakat di berbagai wilayah. Nah berikut informasinya.

Nama Angkringan

Angkringan awal mulanya memang merupakan warung makan berkonsep sederhana dan murah dengan gerobak bertenda sebagai tempat berjualan. Warung angkringan sendiri pada umumnya mulai berjualan dari sore hingga malam bahkan ada yang sampai dini hari.

Mengenai namanya sendiri sebenarnya angkringan ini merujuk pada warung-warung di Yogyakarta, sedangkan di daerah lain memiliki nama yang berbeda. Sebut saja seperti di Solo Raya yang dikenal dengan nama warung hik atau di Semarang yang dikenal dengan nama kucingan.

Dalam bahasa Jawa sendiri nama angkringan berasal dari kata “angkring” yang artinya duduk santai dengan melipat satu kaki di kursi. Melihat dari tempatnya memang didapati angkringan sebagai tempat makan yang santai.

Menu Angkringan

Dari menu yang dihadirkan kita bisa melihat aneka hidangan yang dihadirkan angkringan ini. Namun dari semua menu yang ada, ada menu utama pada warung angkringan yakni nasi kucing (sega kucing). Disebut nasi kucing karena nasinya yang memiliki porsi kecil dan dibungkus seperti makanan untuk kucing. Sementara itu lauknya bisa didapati beberapa menu seperti tahu, tempe, telur puyuh, aneka gorengan, dan lainnya.

Pioner dan Pelopor Angkringan

Jika melihat dari sejarahnya maka pioner atau pencipta angkringan pertama bisa kita temui di Jogja tepatnya di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penggagas angkringan pertama kali ini adalah mbah Pairo yang menjual menu-menu khas angkringan sejak tahun 1950-an. Awalnya, mbah Pairo ini menjual makanannya dengan cara dipikul dan memangkal di suatu tempat.

Mbah Pairo sebagai pioner angkringan ini diakui keberadaannya oleh budayawan Feby Triady.

“Mbah Pairo adalah pelaku historis yang baiknya didudukkan dalam melihat angkringan yang ada saat ini. Nah, dari situ Hidangan Istimewa Kampung (HIK) mulai mendapatkan tempat di masyarakat. Untuk konteks masyarakat saat itu, ruang publik tercipta dari angkringan yang memiliki kursi panjang,” jelas Feby.

Lebih lanjut Feby mengatakan bahwa pada awalnya angkringan ini dikenal dengan sebutan untuk semua hal-hal murah disematkan untuk makanan kecil, seperti nasi kucing, gorengan dan masih banyak lagi.

Dalam sumber lain menyatakan bahwa pioner angkringan ini adalah Wiryo Jeman yang juga berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Namun sayangnya Wiryo yang merupakan warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, ini sudah meninggal dunia pada 9 Agustus 2021 lalu pada usia 93 tahun. Pengakuan bahwa Wiryo Jeman adalah pelopor angkringan ini datang dari Kepala Desa Ngerangan, Sumarno, yang menyatakan bahwa Wiryo Jeman adalah tokoh sentral dikenalnya Desa Ngerangan.

Monumen Angkringan

Desa Ngerangan yang merupakan tempat tinggal Wiryo Jeman ini pada akhirnya dikenal sebagai tempat cikal bakal angkringan. Hal ini tidak lain karena adanya kisah dari Mbah Karso Djukut yang dibantu Mbah Wiryo Jeman sebelum Kemerdekaan RI pada 1945. Bahkan untuk mengenang Wiryo Jeman sebagai pelopor angkringan sekarang di Desa Ngerangan bisa dijumpai monumen angkringan. Peresmian momumen angkringan di Desa Ngerangan sendiri telah dilakukan pada 26 Februari 2020 oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani.

“Angkringan lahir dari Ngerangan, Bayat dari Klaten sudah sampai di berbagai penjuru Indonesia,” ujar Sri Mulyani saat itu.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yang Menarik di Bulan Ini

To Top
×